Anak Berbakat Gifted Children


ANAK BERBAKAT (GIFTED CHILDREN) 


PENDAHULUAN 

A. LATAR BELAKANG

Pada hakekatnya, seorang anak dilahirkan dengan karakteristik masing-masing dan dipandang baik oleh Sang Pencipta. Tidak ada anak yang lahir tanpa adanya rancangan kehidupan dari Sang Khalik. Hadirnya anak di dunia merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi para orangtua yang telah mendambakan kehadian buah hati di tengah-tengah keluarga. Anak merupakan anugerah dan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dirawat dan dididik dengan baik oleh para orangtua. Oleh karena itu sebagai orangtua sudah semestinya memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang dan perhatian.

Tidak semua anak dilahirkan dengan kondisi yang sama. Kemampuan dan karakteristik anak yang satu dengan lainnya tentu saja berbeda bahkan anak kembar sekalipun. Keunikan yang dimiliki olah setiap anak inilah yang membuat orangtua setidaknya memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi anak tersebut. Dari segi keunikan, dijumpai anak yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Anak yang mempunyai kelebihan atau kemampuan di atas rata-rata dikenal dengan anak berbakat atau gifted children.

Anak gifted sendiri merupakan anak yang mempunyai nilai IQ atau tingkat intelegensi lebih dari normal dengan kisaran angka antara 125-140. Selain itu, anak gifted juga mempunyai kemampuan yang menonjol di dalam bidang seni music, drama, keterampilan, dan keahlian dalam mempimpin (Tirtonegoro, 2006: 33). Dengan kata lain, anak gifted merupakan anak yang memiliki keberbakatan di dalam bidang tertentu. Keberbakatan yang dimiliki oleh anak merupakan hasil perpauan dari kemampuan di atas rata-rata, kreativitas yang tinggi, dan komitmen terhadap tugas yang tinggi (David, 2012).

Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah dasar, anak gifted dapat diidentifikasi oleh guru jika guru mengerti kriteria dari anak gifted itu sendiri. Pengetahuan guru terhadap siswa yang termasuk dalam kriteria anak gifted menjadi penting untuk menentukan penanganan atau perlakuan selanjutnya kepada siswa tersebut. Guru juga tidak dapat memperlakukan siswa gifted ini sama dengan siswa lainnya karena siswa gifted membutuhkan perlakuan khusus agar bakatnya dapat tersalurkan dengan baik. Melalui makalah ini, disajikan tentang karakteristik anak gifted dan bagaimana cara menanganinya di dalam dunia pendidikan khususnya di sekolah dasar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan, rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik anak berbakat (gifted children)?

2. Bagaimanakah cara mengidentifikasi anak berbakat (gifted children)?

3. Bagaimanakah layanan pendidikan anak berbakat (gifted children) khususnya pada anak usia sekolah dasar?
C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui karakteristik anak berbakat (gifted children).

2. Mengetahui langkah-langkah untuk mengidentifikasi anak berbakat (gifted children).

3. Mengetahui dan mengaplikasikan layanan pendidikan anak berbakat (gifted children) khususnya untuk anak usia sekolah dasar. 

Baca : Makalah Profesionalisme Guru


PEMBAHASAN 


A. KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT

Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik anak berbakat (gifted children), beberapa diantaranya adalah (Idrus, 2013):

1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi.

Biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misalnya memiliki IQ diatas 130.

2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu.

Anak berbakat memiliki bakat dalam bidang tertentu misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.

3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.

4. Mempunyai kemampuan memimpin yang menonjol.

Kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.

5. Memiliki prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.

Selain dari kelima karakteristik yang dipaparkan, terdapat tiga kriteria yang menjadi ciri anak berbakat (gifted children), yaitu (Omrod, 2008):

1. Dewasa lebih dini (procecity)

Kecenderungan yang muncul pada anak berbakat adalah anak mengalami masa dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta mereka. Konsekuensi logis adanya proses ini adalah mereka mulai menguasai satu bidang tertentu lebih awal dibandingkan dengan teman-teman sebayanya yang tidak berbakat.

2. Lebih kuatnya dorongan belajar menuruti kemauan mereka sendiri.

Lazimnya anak berbakat akan belajar secara berbeda dengan anak lain yang tak berbakat pada umumnya. Dengan begitu pada dasarnya mereka tidak model scaffolding dalam belajar (teknik untuk mengubah level bantuan untuk belajar) dan orang dewasa. Kuatnya dorongan belajar atas kemauan sendiri ini pada akhirnya sering menjadikan para anak gifted tidak mau menerima instruksi dari orang lain secara detil.

3. Memperlihatkan minat yang besar dan obsesif pada bidang tertentu.

Selain hal istimewa sebagai karakteristik anak gifted, dalam kehidupan empiris anak gifted juga mengalami masalah justru terkait dengan karakteristik yang dimilikinya terutama pada minat yang besar dan rasa obsesif yang dimiliki. Hal ini dikarenakan anak gifted tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang dibutuhkan. Anak gifted akan terus mengejar informasi yang diinginkan berdasarkan bidang yang diminatinya. Jika tidak terpenuhi, maka anak gifted akan merasa kurang dihargai karena rasa keingin tahuannya yang besar.

Melalui karakteristik yang dapat diamati dari anak berbakat, perlu diketahui juga perilaku positif dan negatif yang mungkin muncul. Perilaku ini merupakan akibat dari adanya karakteristik anak berbakat yang membedakan dengan anak lainnya. Adapun kemungkinan perilaku positif dan negatif tersebut dijabarkan dalam Tabel 1 (OAGC, 2003).

Tabel 1. Karakteristik Anak Berbakat dan Konsekuensinya

KARAKTERISTIK
PERILAKU POSITIF
PERILAKU NEGATIF
Belajar dengan cepat dan
mudah
Mengingat dan menguasai
fakta-fakta dasar secara
cepat
Mudah bosan, suka mengganggu anak lain
Membaca secara intensif
Membaca banyak buku dan menggunakan
perpustakaan sendiri
Menolak tanggung jawab orang lain
Perbendaharaan kata sangat maju
Mengkomunikasikan ide-idenya baik sekali
Menimbulkan kemarahan
Tetap menjaga banyak
informasi
Siap mengingat dan merespon
Memonopoli diskusi
Rentang perhatiannya sangat lama
Komitmen tinggi terhadap
tugas atau proyek
Bertahan dengan kegiatan rutin kelas, tidak suka diganggau
Memiliki keingintahuan
yang tinggi, punya banyak
minat
Suka bertanya dan puas
dengan ide-ideanya
Terus gampang marah
Bekerja mandiri
Menciptakan dan menemukan di luar tugas yang diberikan
Menolak bekerjasama  dengan orang lain
Cermat dan jeli dalam mengamati sesuatu
Mengenal masalah
Mengoreksi orang dewasa secara kurang sopan
Memiliki rasa humor
Mampu mentertawakan dirinya sendiri
Membuat joke yang kejam atau trick terhadap orang lain
Memahami dan mengenal
hubungan
Mampu memecahkan
problem-problem sosial
Melakukan intervensi orang lain
Prestasi akademik tinggi
Mengerjakan tugas sekolah dengan baik
Sombong, tidak sabar terhadap yang lain
Lancar dalam ekspresi verbal
Kuat di bidang verbal dan angka-angka; mengarahkan teman sebaya dengan cara-cara positif
Mengarahkan teman sebaya dengan cara-cara negatif
Individualistik
Memiliki teman sedikit;
memiliki rasa keunikan sendiri
Bertahan terhadap apa yang diyakini
Memiliki dorongan diri yang kuat
Menghendaki arah dan bantuan guru yang minimal
Agresif dan menantang orang lain


B. IDENTIFIKASI ANAK BERBAKAT

Identifikasi anak berbakat perlu dilakukan oleh guru guna menentukan langkah selanjutnya dalam menangani anak berbakat tersebut. Secara umum, ada beberapa langkah sederhana yang dilakukan oleh guru untuk mengidentifikasi anak berbakat yang ada di sekolah (Sugihartono dkk, 2013: 19). Langkah-langkah sederhana tersebut diantaranya:

Baca : Makalah Motivasi Belajar

1. Identifikasi prestasi siswa

Anak berbakat diindentifikasi dari prestasi kelas 1 yang sangat bagus, ulangan harian yang hasilnya selalu di atas rata-rata kelas, dan token point (poin yang diperoleh anak ketika melakukan aktivitas positif) baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

2. Identifikasi respon siswa

Anak berbakat diidentifikasi dari respon anak dalam kelas yang lebih dari perkembangan psikologisnya (cenderung lebih dewasa, matang, stabil emosinya, lebih responsif secara kognitif.

3. Identifikasi melalui kegiatan ekstrakulikuler

Dari kegiatan ekstrakurikuler guru melihat siswa yang sangat menonjol kemampuannya dibandingkan dengan teman-temannya. Berpijak dari kemampuan yang menonjol di kegiatan ekstrakurikuler ini kemudian guru melakukan amatan lebih lanjut pada nilai ulangan harian dan proses pembelajaran.

4. Identifikasi melalui tes IQ

Ada juga guru yang melakukan identifikasi anak berbakat dari seleksi tes IQ. Ada sekolah yang menyelenggarakan tes IQ pada siswanya di awal masuk sekolah. Selanjutnya dari tes ini kemampuan anak terutama kemampuan akademik dipantau lebih lanjut. Jika hasil tes konsisten dengan kemampuan akademiknya, menurut guru anak dianggap sudah diidentifikasi sebagai anak berbakat.

Selain identifikasi yang dapat dilakukan oleh guru, terdapat proses identifikasi dengan cara lain seperti yang dicetuskan oleh Renzulli (1979). Cara-cara identifikasi tersebut meliputi:

1. Beranjak dari penjaringan berdasarkan skor tes.

Proses identifikasi dilakukan dengan melakukan penjaringan skor tes seperti contohnya dengan melakukan Stanford-Binet intelligence test. Semua siswa yang mendapatkan skor intelegensi di atas 150 digolongkan sebagai siswa berbakat (Gallagher, 2015). Tes ini tentunya dilakukan dengan pendampingan dari ahli psikologi yang menguasi instrumen tes yang berkaitan.

2. Nominasi yang dilakukan guru.

Nominasi dapat dilakukan guru dengan cara melakukan pemeringkatan terhadap prestasi siswa, baik itu dapat prestasi akademik maupun non akademik. Pemeringkatan inilah yang nantinya digunakan guru untuk menggolongkan siswa mana yang tergolong dalam kategori siswa berbakat.

3. Cara alternatif lain.

Cara alternatif lain dilakukan oleh guru dengan melakukan pelibatan orangtua dalam mengidentifikasi siswa berbakat. Guru dapat melakukan wawancara singkat kepada orangtua siswa tentang kemampuan lebih yang dimiliki oleh anaknya. Cara ini tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar karena membutuhkan kerjasama dan keterbukaan informasi yang baik oleh orangtua kepada guru yang bersangkutan (Indriawati, 2013).

4. Nominasi khusus.

Nominasi khusus diberikan ketika siswa masuk ke sekolah untuk pertama kalinya. Nominasi khusus ini diberikan melalui catatan khusus dari sekolah siswa tersebut berasal (jika siswa pindahan) maupun catatan khusus dari orangtua siswa itu sendiri. Tidak menutup kemungkinan, orangtua juga menyertakan catatan dan rekomendasi tindakan yang diberikan oleh psikiater kepada sekolah yang bersangkutan. Dengan adanya nominasi khusus ini, sekolah dan guru dapat menentukan langkah selanjutnya untuk menangani siswa gifted ini

5. Penyaringan melalui tes.

Penyaringan melalui tes biasanya juga dilakukan pada saat siswa akan masuk ke sekolah untuk pertama kalinya. Beberapa sekolah di kota-kota besar Indonesia telah melakukan tes ini untuk mengetahui potensi calon siswanya baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Tes yang dilakukan bukan untuk menentukan layak tidaknya calon siswa masuk di dalam suatu sekolah tetapi sebagai langkah awal untuk melakukan langkah penanganan yang tepat bagi calon siswa tersebut.
C. LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

Layanan pendidikan anak berbakat yang ada di sekolah khususnya di sekolah dasar, tidak dapat disamakan dengan siswa lainnya. Perlu adanya perhatian dan penanganan khusus bagi siswa berbakat ini agar kemampuan lebih siswa dapat terarahkan, tersalurkan, dan tertangani dengan baik. Oleh karena itu, dalam sekolah yang memiliki siswa berbakat, diperlukan adanya guru yang membimbing siswa tersebut secara khusus sebagai bentuk layanan pendidikan bagi anak berbakat. Adapun tugas guru pembimbing khusus dalam layanan pendidikan diantaranya (Indriawati, 2013):

1. Melakukan proses identifikasi, asesmen, dan menyusun program pembelajaran individual.

Secara konseptual, proses identifikasi anak berbakat pada dasarnya dilakukan untuk beberapa keperluan seperti penjaringan, pengalih tanganan, klasifikasi, perencanaan pembelajaran dan pemantauan kemajuan belajar. Hakekatnya, guru pembimbing khusus memiliki serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menemu-kenali anak berbakat yang ada di sekolah khususnya di kelas yang diampu. Setidaknya, guru pembimbing khusus memiliki kemampuan dasar yang cukup untuk menemu-kenali anak berbakat di sekolahnya meskipun secara kasar atau di batas permukaan saja.

2. Merancang dan melaksanakan program kekhususan.

Implementasi tugas Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam merancang dan melaksanakan program kekhususan ditujukan untuk memberikan program pelayanan sesuai dengan karakteristik kekhususan ABK. Pada dasarnya program kekhususan bagi ABK merupakan program pembimbingan non-akademis bagi ABK.

3. Memodifikasi bahan ajar.

Dalam mengorganisaikan bahan ajar Guru Pembimbing Khusus (GPK) menyusun dann membuat urutan susunan bahan ajar dengan tata urutan tertentu berdasarkan kebutuhan siswa. Tata urutan yang dimaksud mencakup mempertimbangkan kronologis, prosedur, urutan logis, maupun hirarkis. Implementasi tugas Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam upaya modifikasi tersebut berpedoman pada dalam silabus kelas reguler.

Selain dari layanan pendidikan guru pembimbing khusus, layanan pendidikan untuk anak berbakat juga setidaknya mencakup beberapa aspek, diantaranya:

1. Kurikulum

Kurikulum pendidikan seyogyanya bisa mengakomodasi dimensi vertikal maupun horisontal pendidikan anak. Secara vertikal, anak-anak berbakat harus dimungkinkan untuk menyelesaikannya pendidikannya lebih cepat. Secara horisontal, disediakan program pengayaan (enrichment), dimana siswa berbakat dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan.

2. Model pembelajaran

Melakukan beberapa bentuk model pembelajaran yang mungkin dilakukan bagi siswa berbakat, diantaranya (Amstrong & Savage, 1983: 327):

a. Pengayaan

Dalam model pengayaan ini anak mendapatkan pembelajaran tambahan sebagai pengayaan. Pengayaan ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal cara ini untuk memperdalam salah satu atau sekelompok mata pelajaran tertentu. Anak diberi kesempatan untuk aktif memperdalam ilmu pengetahuan yang disenangi, sehingga menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara horizontal Anak diberi kesempatan untuk memperluas pengetahuan dengan tambahan atau pengayaan yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang dipelajari.

b. Percepatan

Secara konvensional bagi anak yang memiliki kemampuan superior dipromosikan untuk naik kelas lebih awal dari biasanya. Cara-cara percepatan yang mungkin dilakukan diantaranya:

· Masuk sekolah lebih awal/sebelum waktunya (early admission), misalnya sebelum usia 6 tahun, dengan catatan bahwa anak sudah matang untuk masuk sekolah dasar.

· Loncat kelas (grade skipping) atau skipping class, misalnya karena kemampuannya luar biasa pada salah satu kelas, maka langsung dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi satu tingkat (dari kelas satu langsung ke kelas tiga).

· Penambahan pelajaran dari tingkatan di atasnya, sehingga dapat menyelesaikan materi pelajaran lebih awal.

· Maju berkelanjutan tanpa adanya tingkatan kelas. Dalam hal ini sekolah tidak mengenal tingkatan, tetapi menggunakan sistem kredit. Ini berarti anak berbakat dapat maju terus sesuai dengan kemampuannya tanpa menunggu teman-teman yang lainnya. 

Baca : Kreativitas dalam Permasalahan dan Perkembangan Anak Didik

3. Model penilaian

Penerapan penilaian mencakup ciri-ciri belajar yang berkenaan dengan tingkat berfikir tinggi. Biasanya anak berbakat sering mampu menilai hasil kinerjanya sendiri secara kritis. Selain itu setiap anak tersebut harus memperoleh umpan balik tentang hasil kinerjanya secara terbuka (Semiawan, 1994). Biasanya penilaian yang menunjuk pada suatu asesmen dilakukan oleh guru yang bukan saja mengenal muridnya, melainkan juga melatih, mendidik dan mengamatinya sehari-hari. Asesmen ini adalah langkah dalam proses penyerahan dan penempatan tertentu dan merupakan rangkaian upaya perolehan informasi dan bukan semata-mata hasil proses tersebut.


PENUTUP 

A. SIMPULAN

Anak berbakat memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berbakat memiliki kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, bakat istimewa dalam bidang tertentu, kreativitas yang tinggi dalam berpikir yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru, mempunyai kemampuan memimpin yang menonjol, dan memiliki prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain. Selain itu, anak berbakat juga dapat ditunjukkan dari beberapa ciri-ciri seperti dewasa lebih dini, lebih kuatnya dorongan belajar menuruti kemauan mereka sendiri, dan memperlihatkan minat yang besar dan obsesif pada bidang tertentu.

Anak berbakat dapat diidentifikasi melalui beberapa cara, baik cara sederhana yang dapat dilakukan oleh guru maupun oleh profesional. Cara tersebut diantaranya identifikasi prestasi siswa, identifikasi respon siswa, identifikasi melalui kegiatan ekstrakulikuler, dan identifikasi melalui tes IQ. Selain itu, proses identifikasi juga dapat melibatkan peran serta orangtua siswa untuk memperkuat data identifikasi yang diperoleh guru maupun pihak sekolah.

Layanan pendidikan anak berbakat tidak dapat disamakan dengan anak lain pada umumnya. Perlu adanya guru pendamping khusus untuk memfasilitasi dan membimbing siswa yang mempunyai bakat khusus ini. Selain itu, perlu juga adanya penyesuaian terhadap kurikulum, model pembelajaran, dan penilaian dalam proses pembelajaran bagi siswa berbakat sekalipun siswa tersebut belajar bersama dengan siswa lainnya di dalam kelas yang sama.
B. SARAN

Berdasarkan keterbatasan pembahasan pada makalah ini, pemakalah selanjutnya perlu ditambahkan tentang implementasi proses pembelajaran bagi siswa berbakat secara khusus dan bagaimana cara melaksanakan proses pembelajarannya. Selain itu, perlu juga ditambahkan mengenai penjelasan layanan sekolah yang dapat diterapkan untuk memfasilitasi proses pendidikan bagi siswa berbakat di sekolah yang bersangkutan.


DAFTAR PUSTAKA 


Amstrong, D. G., & Savage, T. V. (1983). Secondary Education : An Introduction. New York: Macmillan Publising Co., Inc.

David, G. A. (2012). Anak Berbakat dan Pendidikan Keberbakatan: Suatu Buku Panduan untuk Guru dan Orangtua. Jakarta: PT. Indeks.

Gallagher, J. J. (2015). Peer Acceptance of Highly Gifted Children in Elementary School. Journal for the Education of the Gifted, 38(1), 51-57.

Idrus, M. (2013). Layanan Pendidikan bagi Anak Gifted. PSIKOPEDAGOGIA Jumal Bimbingan dan Konseling, 2(2), 116-131.

Indriawati, P. (2013). Implementasi Kebijakan Tugas Guru Pembimbing Khusus pada Pendidikan Inklusif di SD Negeri se-Kecamatan Junrejo Batu. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 1(1), 49-55.

OAGC. (2003). What to Expect When You're Raising a Gifted Child: a handbook for parents of gifted children. Ohio: Ohio Association for Gifted Children .

Omrod, J. E. (2008). Educational Psychology Developing Lerners. New York: Merrill Prentice Hall.

Renzulli, J. S. (1979). What Makes Giftednees : A. Reexamination of the Definition of the Gifted and Talented. California: Ventura Cauntry Superintendent Schools Office.

Semiawan, C. (1994). Perseptif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sugihartono, Purwati, I. Y., & Fathiyah, K. N. (2013). Pengembangan Panduan Penanganan Anak Berbakat (Gifted) Melalui Task Comitment Bagi Guru Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Tirtonegoro, S. (2006). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara.